BAB I
PENDAHULUAN
Kegiatan di bangku perkuliahan maupun selama praktek di
kampus Sekolah Tinggi Maritim dan Transpor ( STIMART ) – AMNI Semarang, belum begitu menunjang masih banyak
kekurangan-kekurangan yang ada. Dengan adanya kekurangan itu maka taruna
diharapkan berusaha mencari kerja praktek laut ( PRALA ) yang mana dapat
menambah pengetahuan dan memperluas wawasan mengenai sistem dan perawatan pompa
pemadam kebakaran darurat di kapal.
Melihat semakin berkembang ilmu pengetahuan dan tehnologi
serta semakin pesatnya pembangunan khususnya pada bidang kelautan dimana tidak
terlepas dari jasa usaha pelayaran. Dengan demikian kita harus mempersiapkan
diri untuk bersaing dalam dunia kerja.
Di samping itu kita juga harus memperhatikan tentang
dampak dari kemajuan teknologi terhadap bahaya kebakaran di kapal khususnya di
laut. Oleh karena itu di kapal perlu adanya sistem dan perawatan yang sangat
rutin terhadap semua yang berhubungan dengan sistem dan perawatan pompa pemadam
kebakaran yang sangat terperinci dan teroganisasi.
Kebakaran
merupakan salah satu hal yang paling berbahaya bagi kendaraan yang bergerak di
laut khususnya kapal. Hampir seluruh kecelakaan pada kapal disebabkan oleh
adanya kebakaran yang muncul dalam kapal tersebut. Dan kebakaran tersebut
kebanyakan berasal dari kesalahan manusia (ABK) karena kurang berhati-hati
dalam bekerja diatas kapal.
Munculnya kebakaran berasal dari tiga faktor :
1.
Sesuatu yang mudah terbakar
2.
Sumber api
3.
Adanya oksigen yang berasal dari udara
Tiga faktor ini memiliki hubungan saling
terkait satu sama lain dimana apabila salah satunya tidak ada maka kebakaran
tidak akan pernah terjadi. Jadi untuk meminimalisir munculnya kebakaran, maka
harus menghilangkan atau tidak menggunakan salah satu faktor-faktor tersebut
dalam jarak yang berdekatan.
Mengingat begitu pentingnya sistem dan perawatan pompa pemadam
kebakaran untuk keselamatan pelayaran, maka setiap perwira kapal harus mampu
untuk merawat dan mengamankan bahaya kebakaran sangat gampang terjadi. Oleh
sebab itu penulisan yang sekaligus sebagai calon pewira kapal akan mempelajari
sistem dan perawatan pompa pemadam kebakaran darurat di kapal MV.
PAN MARINE 8.
BAB II
Data kapal
A. Ship’s Particular
Name Of Vessel :
MV.PAN MARINE 8
Call Sign :
PMNE
Nationality :
INDONESIA
Port Of Regestry :
JAKARTA
Owner :
PT.PAN MARINE WIRA PAWITRA
No.IMO : 9492878
Type Of Vessel :
CARGO
Class :
BIRO KLASIFIKASI INDONESIA
L.O.A :
98.00 M
L.B.P :
92.00 M
Light Ship :
1.730 Metric Ton
Nett Tonnage :
1.979 Metric Ton
Gross Tonnage :
4.325 Metric Ton
Dead Weight Tonnage :
7.825 Metric Ton
Designed Draft Maulded :
6,974 M
Bread Maulded :
17.50 M
Dept Maulded : 9.00 M
Tropical Fresh Water Draught : 57.549 DM
Freeboard From Deck Line : 20.451 DM
Fresh Water Draught : 56.375 DM
Freeboard From Deck Line : 21.625 DM
Tropical Water Draught : 56.146 DM
Freeboard From Deck Line : 23.000 DM
Summer Water Draught : 55.000 DM
Freeboard From Deck Line : 23.000 DM
Winter Water Draught : 53.854 DM
Freeboard From Deck Line : 24.140 DM
Main Engine :
DIESEL ENGINE NIGATA8 PA 5L 4 STROKE
Effective Power : 2300 HP ,1715 KW , AT 900 RPM
Speed :
10 knots
Auxiliary Engine : 3 x YANMAR 6 HAL-DTN
Effective Power : 3 x 184 KW
Ballast Tank Capacity : 1,005 3 M
Diesel Oil Capacity : 143.3 M
Fresh Water Capacity : 62.4 M
Maximum Safe Maining : 22 PERSON
B. Daftar Awak Kapal ( Crew List )
No
|
NAMA
|
JABATAN
|
01
|
RIKI ROYANA
|
NAHKODA
|
02
|
M SYAMSUDIN
|
MUALIM I
|
03
|
IMAM
GUSTIAWAN
|
MUALIM II
|
04
|
MOCH MANAN
HARIRI
|
MUALIM III
|
05
|
SUPRIANTO
|
MARKONIS
|
06
|
ERDINOFA
|
KKM
|
07
|
AGUS SALIM
|
MASINIS II
|
08
|
NICOLAS
SANJAYA
|
MASINIS III
|
09
|
MOH ZAENURI
|
MASINIS IV
|
10
|
ARIS
SUDARYANTO
|
SERANG
|
11
|
SUTRISNO
|
JURU MUDI
|
12
|
NOLDY DONALD
A
|
JURU MUDI
|
13
|
JINIOR OXFORD
SUPIT
|
JURU MUDI
|
14
|
SUKOTJO
|
ELECTRICIAN
|
15
|
PITER TARUK
|
JURU MINYAK
|
16
|
SUYANTO
|
JURU MINYAK
|
17
|
EKO SETIONO
|
JURU MINYAK
|
18
|
AHMAD SYIBLI
|
KELASI
|
19
|
SHOLICIN
|
JURU MASAK
|
20
|
SARWANTO
|
PELAYAN
|
21
|
AGUS SUYATNO
|
CADET MESIN
|
22
|
SHOBARIDHO
|
CADET MESIN
|
C. Struktur Organisasi

BAB III
PELAKSANAAN KERJA
PRAKTEK
A.
System Pemadam Kebakaran Air Laut MV. PAN MARINE 8
Pemadam kebakaran kapal adalah
sistem yang sangat penting dalam sebuah kapal, yang berguna untuk
menanggulangi bahaya kebakaran yang disebabkan oleh api yang terjadi di kapal.
Secara garis besar system kebakaran kapal dapat dibagi menjadi dua dilihat dari
posisi sistem yang ada yaitu :
1.
Sistem penanggulangan kebakaran kapal pasif, sistem penanggulangan kebakaran
ini berupa aturan dari kelas tentang penggunaan bahan pada daerah beresiko
tinggiterjadi kebakaran dan juga pemasangan instalasi fix pada daerah beresiko
kebakaran.
2.
Sistem penanggulangan kebakaran aktif,
sistem penanggulangan kebakaran kapal ini berupa penanggulangan kecelakaan yang
bersifat lebih aktif misal, penempatan alat pemadam api ringan pada daerah yang
beresiko kebakaran.
Kembali ke dasar
prinsip pemadaman adalah memutus “segitiga api” yang terdiri dari panas,
oksigen, dan bahan bakar. Sehingga dengan mengetahui hal ini maka dapat
dilakukan pemilihan media pemadaman sesuai dengan resiko dan kelas dari
kecelakaan tersebut.
1. Fungsi Sistem Pemadam Kebakaran
Fungsi dari sistem pemadam
kebakaran adalah untuk penanganan jika terjadi kebakaran di kapal. Maka
peralatan yang digunakan, berasal dari sistem pemadam kebakaran. Oleh karena
itu, sistem pemadam kebakaran harus bisa menangani kebakaran di setiap bagian
kapal.
2. Rule dan Rekomendasi
Menurut Volume III BKI 1996 section 12
mengenai peralatan pelindung api dan pemadam, dinyatakan sebagi berikut :
a. Pelindung Api
1)
Pengaturan di ruangan mesin haruslah menjamin keselamatan dari
penanganan cairan yang mudah terbakar agar tidak terbakar.
2)
Semua ruangan yang diletakkan motor bakar,
burner, atau pengendap minyak atau tangki harian
diletakkan harus terjangkau dan diberikan ventilasi secara layak
3)
Bilamana terjadi kebocoran dari cairan yang mudah
terbakar selama pekerjaan perawatan rutin, harus diperhatikan agar cairan
tersebut terhindar dari kontak dari sumber api.
4)
Bahan yang digunakan pada ruangan permesinan
sebaiknya secara normal tidak meningkatkan kemungkinan untuk mudah
terbakar.
5)
Bahan yang digunakan sebagai lantai bulkhead
lining, atap atau geladak ruang pengendali dengan tangki minyak haruslah
tidakmudah terbakar. Dimana bila terjadi bahaya yang mana minyak dapat terserap
ke bahan penyekat, penyekat tersebut harus dapat terlindungi dari serapan
minyak atau uap minyak.
b. Peralatan dengan resiko terbakar tinggi.
1)
Peralatan pengolahan minyak awal (oil fuel preparation equipment)
seperti purifier, harus dipasang pada
ruangan yang terpisah. Ruangan ini ditutupi oleh sekat baja, dan dilengkapi
dengan pintu baja yang dapat tertutup sendiri, dilengkapi dengan, Ventilasi
mekanis yangt terpisah, Sistim deteksi api dan alarm, Sistim pemadam api yang
tetap.
2)
Sistim
ini dapat merupakan bagian dari sistim pelindung api ruangan kamar mesin.
3)
Jika
hal tersebut tidak praktis untuk menempatkan sistim pengolahan minyak bahan
bakar di ruangan yang terpisah, perhatian harus dilakukan terhadap api dengan
suatu penanganan api dari komponen dan dari kemungkinan kebocoran. Sebagai
tambahan sistim perlindungan api secara tetap, di ruang kamar mesin, suatu unit
pemadam lokal dapat diberikan pada daerah tersebut.
c. Unit pemadam lokal harus layak untuk pemadaman api yang efektif pada suatu area.
Langkah kerja yang dilakukan
dapat secara otomatis atau manual sebaik mungkin tidak mempengaruhi operasi
dari peralatan lain. Penggunaan secara otomatis dan tiba-tiba tidak boleh
merusak komponen lain. Bila peralatan tersebut manual, dapat dipasang pada
ruang pengendali permesinan atau disuatu tempat yang memberikan perlindungan
yang cukup.
d. Sistim minyak dengan tekanan kerja lebih dari 15 bar yang tidak termasuk dalam bagian permesinan bantu ataupun induk (seperti hidrolik, stering gear) harus dipasang diruangan yang terpisah.
e. Perlindungan dari jalur dan peralatan yang melalui temperatur yang tinggi.
1)
Semua bagian yang memiliki temperatur diatas 220oC seperti uap,
minyak panas dan jalur gas buang, dan silencers, dsb, harus dilindungi oleh
bahan tidak yang tidak mudah terbakar dan tidak dapat menyerap minyak.
2)
Pelindung harus dapat dipastikan tidak akan menjadi retak atau
robek karena getaran.
f. Daerah Bulkhead
Semua pipa dengan kelas A atau
B menurut SOLAS 1974 harus tahan terhadap suhu yang mana telah dirancang
sebelumnya. Pipa uap, gas dan minyak termal yang melalui bulkhead harus diberi
isolasi tahan panas dan harus terlindungi dari pemanasan yang berlebihan.
g. Ruang Darurat
Untuk ruangan
permesinan dan boiler, kanal sirkulasi udara ke ruangan tersebut harus
dilengkapi dengan fire damper yang dibuat dari bahan tidak mudah terbakar yang
mana dekat dengan geladak. Bukaan kamar mesin (sky light), pintu dan hatch
serta bukaan lainnya diatur sehigga dekat dengan ruangan lainnya
h. Peralatan Stop Darurat (Emergency Stop)
Pompa bahan bakar
dengan tenaga listrik, purifier , motor fan, fan boiler minyak termal dan pompa
kargo harus dilengkapi dengan peralatan pemutus darurat, sepraktis mungkin,
yang dikelompokkan secara bersama diluar ruangan yang mana peralatan tersebut
dipasang dan harus dapat dijangkau meskipun dalam kondisi terputus akses karena
api.
i. Peralatan pemutus dengan remote control.
Alat ini dipasang
pada Pompa bahan bakar dengan penggerak uap, jalur pipa bahan bakar ke motor
induk, motor bantu dan pipa keluaran dari tanki bahan bakar yang diletakkan di
double bottom. Tempat dan pengelompokkan dari peralatan pemutus ini diatur
seperti bagian sebelumnya.
j. Ruang Pengaman (Safety Station)
k. Disarankan bahwa peralatan pengaman berikut dikelompokkan menjadi satu, sewaktu waktu dapat dijangkau dari luar ruangan kamar mesin:
1) Katup pemutus untuk ruang kamar mesin, penghembus boiler, pompa transfer bahan bakar purifier, dan pompa minyak termal
2) Perhatian diberikan khusus pada:
-
Katup penutup singkat bahan bakar
-
Pintu kedap air yang dikendalikan pada ruang permesinan.
3) Kondisi kerja dari peralatan pemadam api.
System Pemadam Kebakaran Menyuplai Air Laut
System pemadam kebakaran fire
main system menyuplai air laut pada tekanan tinggi menuju kapal. Air
laut, merupakan salah satu alat pemadam kebakaran pada kapal yang memiliki
suplai yang sangat besar, air laut dapat diaplikasikan secara stream atau spray yang disesuaikan dengan kondisi
kebakaran yang terjadi dan air laut merupakan alat pendingin dimana dapat
menghalangi material yang mudah terbakar untuk melakukan reflashing, memperlambat
penyebaran api di kapal, serta memproteksi personil pemadam kebakaran.
Komponen utama pada system pemadam kebakaran fire main system ialah sebuah pompa
sentrifugal yang dioperasikan pada tekanan yang tinggi untuk menghasilkan
penyebaran air yang efektif baik itu secara streaming, penetration, dan spray. Komponen utama lain ialah rancangan system perpipaan pada
kapal. Kesemua komponen yang terdapat pada system pemadam kebakaran
didesain berdasarkan ukuran kapal, tipe kapal, serta fungsi dari kapal itu
sendiri.
Aplikasi dari system perpipaan pada umumnya didesain secara tidak
langsung untuk perlindungan terhadap kebakaran dan harus dipastikan bahwa system
ini dapat beroperasi ketika keadaan darurat dengan susunan pompa dan katup yang
sederhana. Pompa pemadam kebakaran juga dapat digunakan untuk melayani system
lain seperti bilga, balast dan seawater
cooling tetapi harus diperhatikan bahwa pompa pemadam kebakaran harus
disediakan minimal satu buah pompa disediakan agar sewaktu waktu dapat
digunakan. Pompa pemadam kebakaran tidak boleh disambungkan dengan segala macam
oil pipping. Untuk penggabungan
system perpipaan dari system bilga diijinkan tetapi hanya untuk emergency dewatering.
Minimal, dua buah pompa pemadam kebakaran harus disediakan.
Perencanaan pelatakan pompa pemadam kebakaran diletakkan bersamaan dengan
lokasi sumber air yaitu seachest ataupun
sumber daya untuk menggerakkan pompa. Hal ini ditujukan untuk memastikan bahwa
pompa dapat beroperasi.
Secara umum kebutuhan kapasitas setiap pompa pemadam kebakaran
harus mencakup 2 kriteria yaitu berdasar minimum flow rate berdasar ukuran kapal dan kapasitas masing - masing
pompa harus mencukupi kebutuhan dari hose
stream ketika pompa mensuplai kebutuhan selain pemadam kebakaran. Untuk
kapasitas kedua buah pompa, harus mencukupi kebutuhan dari hose stream, ketika pompa pemadam
kebakaran mensuplai sprinkle system.
Untuk head dari pompa harus cukup dengan tekanan minimal 50 rpm
untuk kapal non - tanker dan 75
rmp untuk kapal tanker. Head pompa pemadam kebakaran juga harus mampu mensuplai
menuju high fireplugs di tempat
tertinggi dari superstructure.
Untuk letak dari fireplugs
harus diletakkan ditempat dimana dapat diakses dengan mudah oleh crew
ketika dalam kapal sedang beroperasi, dengan jarak minimal 50 ft.
Untuk membantu kinerja dari sistem pemadam kebakaran , fixed fire - extinguisher systems harus terpasang sesuai dengan
jenis - jenis kebakaran. Antara lain Foam
systems, Halon Systems, Carbon-dioxide systems, Sea water sprinkling systems.
Komponen Utama System Pemadam Kebakaran :
1.
Pompa Sentrifugal
Secara prinsip terdiri dari casing pompa dan
impeller yang terpasang pada poros putar. Casing pompa berfungsi sebagai
pelindung, batas tekan dan juga terdiri dari saluran - saluran yang untuk
masukan ( suction ) dan keluaran ( discharge ). Casing ini memiliki vent dan
drain yang berguna untuk melepas udara atau gas yang terjebak dalam casing
selain untuk juga berguna perawatannya.
Gambar ilustrasi di bawah ini merupakan
diagram sederhana dari pada pompa sentrifugal yang menunjukkan lokasi dari
suction pompa, impeller, volute dan discharge. Casing pompa sentrifugal
menuntun aliran suatu cairan dari saluran suction menuju mata ( eye ) impeller.
Vanes dari pada impeller yang
berputar meneruskan dan memberikan gaya putar sentrifugal kepada cairan ini
sehingga cairan bergerak menuju keluar impeller dengan kecepatan tinggi. Cairan
tersebut kemudian sampai dan mengumpul pada bagian terluar casing yaitu volute. Volute ini merupakan area
atau saluran melengkung yang semakin lama semakin membesar ukurannya, dan
seperti halnya diffusor, volute berperan besar dalam hal peningkatan tekanan
cairan saat keluar dari pompa, merubah energi kecepatan menjadi tekanan.
Setelah itu liquid keluar dari pompa melalui saluran discharge.

Gambar 3. 1. Pompa Sentrifugal
Pompa Sentrifugal juga bisa dibuat dengan dua
volute. Pompa semacam ini biasa disebut double
volute pumps, dimana discharge nya berbeda posisi 180. Untuk aplikasinya
bisa meminimaliskan gaya radial yang mengenai poros dan bantalan sehubungan
dengan ketidak seimbangan tekanan di sekitar impeller. Perbandingan antara
single dan double volute sentrifugal bisa dilihat di bawah ini :

Gambar 3. 2. Drive and arrangement of
pumps
Pompa pemadam kebakaran harus mendapatkan
tenaga independent dari main engine. Dilengkapi dengan paling tidak dua
buah sea inlet valves. Ballast, bilga dan pompa lainnya yang digunakan untuk
menyalurkan air dari laut harus memungkinkan untuk menangani kapasitas yang
harus tersedia untuk pemadam kebakaran. Pompa
pemadam kebakaran sebisa mungkin terletak ditempat serendah mungkin dari water
line. Pompa sentrifugal tersambung dengan instalasi pompa utama melalui screw
down non return valves.
2.
System Perpipaan di Kapal
System pipa kebakaran dikapal ini dipusatkan
disuatu ruangan kapal dan pipa - pipa ini menggunakan pipa galvanis yang
berdiameter 50 sampai 100 mm. Pipa induk kebakaran terbentang disepanjang
lambung kapal dan diperlengkapi dengan hydrant tiap jarak
tidak kurang dari 20 meter.
Saluran selang kanvas dihubungkan dengan hydrant dan diujung sleang kanvas
dipasang nozzle penyemprot air.
Gambar 3. 3. Selang Hydrant
a. Hydrant
Hydrant adalah berfungsi sebagai penyambung dengan selang pemadam
kebakaran.
b. Hydrant Valve
Setiap fire
hydrant harus dipasang / memiliki katup sehingga setiap
fire hose bisa dipindahkan saat
pompa kebakaran beroprasi.
c.
Selang pemadam
Selang air pemadam kebakaran terbuat dari
bahan kain yang ringan, elatis, dan kuat yang berfungsi sebagai pengalir air
dari dari pompa ke nozzle.
d.
selambungan selang pemadam
Sambungan selang pemadam cabang terbutat dari
kuningan dan berfungsi untuk menyambung.
e.
Nozzle
Nozzle terbuat dari kuningan atau aluminium
dan berfungsi untuk menyemprotkan air dengan tekanan bentuk pancaran atau
payung (spray)

Gambar 3. 4. nozzle dan selang pemadam
f.
Fire House
Panjang tiap – tiap Fire Hose minimal 10 m dan tidak lebih
dari :
-
15 m untuk di ruang mesin.
-
20 m untuk ruang terbuka dan diatas deck
terbuka.
-
25 m untuk deck terbuka pada kapal yang
memiliki lebar lebih dari 30 m.
-
Tiap hose harus terpasang dengan nozzle.
Gambar 3. 5. Fire Hose / Kotak Hydran
g. Cara Menggunakan Hydran
-
Jalankan pompa emergency fire.
-
Perhatikan tekananya dan atur dengan katup
hisapnya.
-
Sambungkan selang dengan fire hidran.
-
Hubungkan fire hose dengan nozzelnya.
-
Buka sea water valve pada fire hidran.
-
Arahkan nozzle pada tempat yang terbakar dan
atur pengoperasian nozzelnya.

Gambar 3. 6. Hydrant
h. Instalasi Pipa Pemadam
Pipa pemadam adalah berfungsi sebagai
penyalur air dan pompa ke hydrant pemadam kebakaran.

Gambar 3. 7. instalasi pipa
pemadam kebakaran
B.
Perawatan Bilge dan Fire Pump
-
Cek System Pipa.
-
Cek Impeller, jika di dalam impeller terdapat kotoran harus di
bersihkan.
-
Cek Ball bearing, hindari ball bearing dari keausan.
-
Cek Fan Bell, jika jam kerja habis ganti baru.
-
Mekanik Sill.
-
Diberi Grease.
C.
Perbaikan Bilge dan Fire Pump
Kerusakan - kerusakan pompa pada umumnya. Usaha maksimal / proaktive
dalam memelihara pompa harus tetap dilakukan, namun peristiwa kerusakan tentu
akan terjadi, namun dengan langkah proactive kerusakan dapat diprediksi agar
dapat direncanakan perbaikan kapan dan tidak terjadi kerusakan yang lebih
fatal.
-
Bocor seal / gland packing.
-
kapasitas menurun.
-
Poros bengkok atau macet.
-
Bearing rusak.
-
Vibrasi tinggi.
-
Casing bocor.
Step - step dibawah ini perlu dilakukan sebelum membongkar
/ mengangkat pompa :
-
Buka data kondisi atau pengukuran terakhir dan histori - histori
kebelakang.
-
Tanyakan / diskusikan dengan Operator, apa yang di ketahui, gejala
/ penyebab dan hal - hal yang berkaitan dengan kerusakan pompa tersebut.
-
Investigasi saat jalan atau minta dijalankan ( jika memungkinkan ).
Agar bisa mendiagnosa kerusakan tersebut
dengan cara :
-
Amati jika ada yang aneh : bocor, getar, panas, dan lain - lain.
-
Dengarkan : tidak normal, bunyi, dan lain - lain.
-
Feeling : rasakan panas
sekali dan lain - lain.
-
Bau : ada bau aneh, minyak
terbakar, bau dari cairan dalam pompa.
-
Ukur : temperature bearing,
vibrasi dan lain - lain.
-
Ukur input power / listrik
mesin penggerak.
-
Analisa vibrasi : misal gejala mislaignment, bearing rusak.
-
Ukur flow dan
pressure.
Catatan :
Jika
telah menemukan dan menetukan penyakitnya, tentunya tidak harus melakukan semua
step tersebut diatas. Field check selama removal. Jika dalam diagnose
mengharuskan pompa harus di bongkar, urutan di field perlu dilakukan :
-
Cek alignment coupling dan apakah ada keausan,atau kekurangan / kesalahan grease.
-
Visual cek lube oil dan lube oil level.
-
Bongkar pompa, cek body gasket, seats.
-
Visual cek impeller dan casing wear rings, juga cek impeller dengan
casing wearing clearance, cek impeller, volutes dan balance hole apakah buntu.
-
Check flush lines dan quench lines apakah ada internal corrosion atau
buntu.
-
Visual cek kondisi dari gauge.
-
Tentukan dapat diperbaiki di site atau harus di remove ke work shop / bengkel. Jika yang
diperkirakan adalah kerusakan bearing pada pompa atau motor cek radial clearence
dan end float di pompa / motor Jalankan motor dan cek untuk abnormal noise dan
vibration Jika motor tidak baik, angkat motor dan repair.
Mendiagnosa Pompa Dan Problem Seal
Selama pompa sedang dalam perbaikan sangat disarankan secara
seksama menganalisa / menguji setiap komponen. Recommended procedure / check
list perlu disiapkan yang sesuai dengan pompa dan spare part sebelum
pembongkaran di mulai. Sehingga dalam pembongkaran pengecekan komponen dapat
langsung dilakukan dan dapat menentukan tindakan lanjutan.
Inspeksi meliputi :
-
Visual check impeller dan nut : wear / aus, erosion, corrosion atau lain - lain deterioration.
-
Remove seal flange nuts dan cek seal tension.
-
Record posisi impeller terhadap frame pompa.
-
Remove impeller nut dan impeller.
-
Inspect wear ring inboard, jika ada.
-
Cek dan record throtle bushing clearance.
-
Cek body gasket faces.
-
Remove stuffing box body dari frame pompa.
-
Cek stuffing box gasket face, bore dan pilots.
-
Remove dan inspect semua shaft keys.
-
Remove sleev, seal, sleeve gasket dan sleeve flange. Dan dapatkan
penyebab kerusakan seal dan inspect kondisi dari spaer part.
-
Cek bearing pompa. Record end float, cek keausan, erosion,
corrosion, dan kelurusan.
-
Excessive axial end play. Excessive shaft movement dapat berakibat
pitting, freeting atau keausan titik kontak pada shaft dan packing atau
mechanical seal area. Ini dapat mengakibatkan over atau under loading pada spring
yang menghasilkan rate keausan yang tinggi dan kebocoran. Juga berakibat strain
dan keausan pada bearing. Bearing yang kurang baik juga dapat menyebabkan shaft
end play yang besar / excessive. Untuk pengecekan hal tersebut. Dapat dicek
dengan memasang dial indicator ( seperti gambar ) magnit base pada frame dan
jarum kontak dengan ujung / shoulder shaft. Gerakan dan mulai dari ujung
berlawanan. Total dan mulai yang baik untuk dapat dilanjutkan adalah antara.
001 in - 004 in.
Gambar
3. 8. Dial indicator
-
Shaft bengkok / bent : Bila sebuah pompa shaftnya bengkok atau
misalignmen, umur bearing, umur mechanical seal dan merusak performance. Shaft
bengkok juga menyebabkan vibrasi dan kerusakan coupling. Untuk menge check
kondisi ini pasanglah dua dia indicator ( seperti gambar ). Putarlah dan catat
penunjukan dial run outnya. Jika run out lebih besar dari 002 in. Maka shaft
harus diluruskan. Shaft harus dicek di
beberapa titik / tempat.

Gambar 3. 9. Dua Dial Indiciator
-
Cek semua pilots fits untuk
concentricity. Juga cek radial movement shaft. Excessive radial shaft movement
akan mempercepat kerusakan seal dan shaft, whip, deflect dan vibrasi. Type
movement ini disebabkan oleh pemasangan bearing yang tidak fit di bearing housing
atau kemungkinan shaft longgar terhadap inner race dari bearing. Bila bearing
bore longgar / over size bisa akibat dari corrosion, aus / wear atau tidak
sempurna saat machining, Untuk mengecek kondisi ini kita dapat menggunakan dial
indikator ( seperti gambar ). Dial ditempatkan dekat dengan shaft, shaft
diangkat dan dial dapat menunjukan Berapa besar movement. Bila total movement
melebihi 003 in, maka bearing dan bearing fits harus di cek dan perlu repair.

Gambar 3. 10. Dial Indiciator
D.
Pengoperasian Bilge dan Fire Pump
Adapun langkah yang dilakukan pada tahap
pengoperasian pompa sentrifugal adalah sebagai berikut.
1.
Langkah
persiapan.
Adapun
langkah yang dilakukan dalam tahap ini adalah :
-
Pengecekan kelancaran putaran poros pompa dengan jalan memutar beberapa
kali.
-
Pengecekan gren packing yang terdapat pada rumah pompa.
-
Pemberian minyak pelumas pada bagian pompa yang bergerak.
-
Pengecekan jumlah air yang terdapat pada rumah pompa, dengan jalan
membuka penutup cerat air yang terdapat pada rumah pompa.
-
Pengecekan system perlistrikan pada motor pompa.
2. Langkah pelaksanaan.
Adapun
langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah :
-
Men - star motor penggerak pompa sambil mengamati, tekanan air
pada alat ukur.
-
Menyetel nepel penekan gren packing, untuk mengatur debit air pompa.
-
Mengamati secara fisik kondisi pompa dari adanya kebocoran.
-
Mengamati alat ukur tekanan air secara seksama yang terdapat pada pompa.
-
Mencatat dalam buku jurnal harian mesin tentang kondisi
pengoperasian pompa.
3. Langkah setelah pengoperasian.
Adapun
langkah yang dilakukan setelah pengoperasian adalah :
-
Mematikan motor penggerak pompa.
-
Membersihkan bagian - bagian pompa yang kotor pada saat pengoperasian.
-
Menutup kran air yang berhubungan dengan pompa untuk mencegah terjadinya
kebocoran.
-
Membersihkan dan mengembalikan kunci - kunci yang digunakan.
-
Pada tempatnya setelah melaksanakan pengoperasian.
-
Penggunaan air sebagai pemadam kebakaran diperuntukkan bagi semua
akibat kebakaran kapal, kecuali kebakaran yang ditimbulkan dari batubara atau
minyak.
E.
Emergency Fire Pump
Emergency fire pump / pompa pemadam darurat harus ada di setiap
kapal untuk memadamkan kebakaran di saat keadaan emergency dan pompa pemadam
kebakaran yang berada di kamar mesin sudah tidak dapat di fungsikan karena
terjadi Black out. Emergency fire pump ini harus di tempatkan di luar kamar
mesin dan harus ber - penggerak sendiri / independen.
Gambar 3. 11. Emergency
Fire Pump
System pemadam kebakaran pada kapal bekerja
melalui instalasi perpipaan pemadam kebakaran, yang tersalur kesetiap ruangan
pada kapal, dimana apabila terjadi kebakaran pompa pemadam kebakaran
menyalurkan air dari sea chest atau sea water inlet, melewati pipa - pipa instalasi
lalu air dikeluarkan ke tempat terjadinya kebakaran melewati sprinkler.
Sprinkler head atau pemercik air dipasang dalam ruang muat, kamar mesin, dan
kamar ketel uap, living room dan service compartment.
System sprinkler ini memercikkan air melalui
corong pemercik yang percikan airnya meliputi area radius 3 sampai 4
meter. Corong pemercik air terdiri dari badan pemercik dan cincin berulir
dimana antara kedua komponen tersebut terdapat klem diaphragma. Aliran
air dipercikan keluar melalui deflector yang tertujuh ke dalam area ruangan.
F.
Perawatan Diesel Engine Emergency
-
Cek level bahan bakar, jika kurang di tambah bahan bakar.
-
Cek level Oil.
-
L O Filter bahan bakar.
G.
Perawatan Emergency Fire Pump
-
Cek Sistem Pipa.
-
Cek Impeller, jika di dalam impeller terdapat kotoran harus di bersihkan.
-
Cek Ball bearing, hindari ball bearing dari keausan.
-
Cek Fan Belt, jika jam kerja habis ganti baru.
-
Mekanik Seal.
-
Diberi Grease.
H.
Pengoperasian Diesel Engine Emergency
-
Cek Valve in dan out.
-
Cek system pipa.
-
Cek level bahan bakar.
-
Cek level L O.
-
Cek Radiator.
-
Cek valve.
-
Generator Emergency 350 KW
BAB IV
PENUTUP
Sebagai
bab terakhir yang merupakan penutup dari karya tulis ini akan mengemukakan beberapa kesimpulan dan
saran-saran.
A. Kesimpulan
Setelah penulis melaksanakan prala di kapal MV. PAN MARINE 8, hasil pelaksanaan
praktek laut (prala) tersebut menyimpulkan :
1.
Sistem dan Perawatan pompa yang ada di dalam kapal MV.
PAN MARINE 8, sangat menunjang bagi kelancaran pelayaran maupun untuk menjaga
kemungkinan terjadinya kebakaran muatan yang mendadak.
2.
Dalam sistem dan perawatan pompa pemadam kebakaran darurat sangat
penting juga dalam kesiapan untuk setiap saat harus dijalankan.
3.
Pentingnya untuk menjaga pompa-pompa dan alat-alat pemadam
kebakaran darurat yang ada di kapal MV. PAN MARINE 8.
B. Saran
Setelah penulisan menyimpulkan penulisan menyarankan :
1. Agar dalam perawatan dan pengoperasian pompa pemadam kebakaran darurat
dijaga kesiapan setiap saat.
2. Agar sistem dan perawatan pompa
berjalan dengan baik sesuaikan dengan yang diinginkan maka diperlukan perawatan
yang berkala maupun pengetesan minimal 1 minggu sekali untuk mengetahui apabila
ada kerusakan-kerusakan pada komponen-komponen.
3. Dalam sistem pengoperasiannya pompa kita harus terlebih dahulu diadakan
pengecekan yang lebih teliti, karena mengingat fungsi yang sangat penting
maupun vital bagi kapal tersebut.

Daryanto, Drs, 1986, Teknik
Perawatan Mesin Dan Keselamatan Kerja,
Jakarta, PT. Global Ilmu
Munandar, Wiranto Aris dan Koichi Tsuda, 1994, Motor Diesel Putaran Tinggi, Jakarta,
Penerbit Bhratara.
Manual Book MV. PAN MARINE 8.
“Pesawat Kapal”, Sujanto, Jakarta, 8 Juli 1983
www.emergency fire
pump.com
No comments:
Post a Comment