KUMPULAN KRYA TULIS

Thursday, January 5, 2017

CONTOH KARYA TULIS POMPA PEMADAM



BAB I
PENDAHULUAN

Kegiatan di bangku perkuliahan maupun selama praktek di kampus Sekolah Tinggi Maritim dan Transpor ( STIMART ) – AMNI  Semarang,  belum begitu menunjang masih banyak kekurangan-kekurangan yang ada. Dengan adanya kekurangan itu maka taruna diharapkan berusaha mencari kerja praktek laut ( PRALA ) yang mana dapat menambah pengetahuan dan memperluas wawasan mengenai sistem dan perawatan pompa pemadam kebakaran darurat di kapal.
Melihat semakin berkembang ilmu pengetahuan dan tehnologi serta semakin pesatnya pembangunan khususnya pada bidang kelautan dimana tidak terlepas dari jasa usaha pelayaran. Dengan demikian kita harus mempersiapkan diri untuk bersaing dalam dunia kerja.
Di samping itu kita juga harus memperhatikan tentang dampak dari kemajuan teknologi terhadap bahaya kebakaran di kapal khususnya di laut. Oleh karena itu di kapal perlu adanya sistem dan perawatan yang sangat rutin terhadap semua yang berhubungan dengan sistem dan perawatan pompa pemadam kebakaran yang sangat terperinci dan teroganisasi.
Kebakaran merupakan salah satu hal yang paling berbahaya bagi kendaraan yang bergerak di laut khususnya kapal. Hampir seluruh kecelakaan pada kapal disebabkan oleh adanya kebakaran yang muncul dalam kapal tersebut. Dan kebakaran tersebut kebanyakan berasal dari kesalahan manusia (ABK) karena kurang berhati-hati dalam bekerja diatas kapal.
Munculnya kebakaran berasal dari tiga faktor :
1.     Sesuatu yang mudah terbakar
2.     Sumber api
3.     Adanya oksigen yang berasal dari udara
Tiga faktor ini memiliki hubungan saling terkait satu sama lain dimana apabila salah satunya tidak ada maka kebakaran tidak akan pernah terjadi. Jadi untuk meminimalisir munculnya kebakaran, maka harus menghilangkan atau tidak menggunakan salah satu faktor-faktor tersebut dalam jarak yang berdekatan.
Mengingat begitu pentingnya sistem dan perawatan pompa pemadam kebakaran untuk keselamatan pelayaran, maka setiap perwira kapal harus mampu untuk merawat dan mengamankan bahaya kebakaran sangat gampang terjadi. Oleh sebab itu penulisan yang sekaligus sebagai calon pewira kapal akan mempelajari sistem dan perawatan pompa pemadam kebakaran darurat di kapal MV. PAN MARINE 8.



BAB II
Data kapal

A.     Ship’s Particular

Name Of Vessel                            :    MV.PAN MARINE 8
Call Sign                                         :    PMNE
Nationality                                       :    INDONESIA
Port Of Regestry                            :    JAKARTA
Owner                                              :    PT.PAN MARINE WIRA PAWITRA
No.IMO                                            :    9492878
Type Of Vessel                              :    CARGO
Class                                               :    BIRO KLASIFIKASI INDONESIA
L.O.A                                               :    98.00 M
L.B.P                                               :    92.00 M
Light Ship                                       :    1.730 Metric Ton
Nett Tonnage                                  :    1.979 Metric Ton
Gross Tonnage                              :    4.325 Metric Ton
Dead Weight Tonnage                  :    7.825 Metric Ton
Designed Draft Maulded              :    6,974 M
Bread Maulded                              :    17.50 M
Dept Maulded                                :    9.00 M
Tropical Fresh Water Draught      :    57.549 DM
                                                              Freeboard From Deck Line : 20.451 DM

Fresh Water Draught                     :    56.375 DM
                                                              Freeboard From Deck Line : 21.625 DM
Tropical Water Draught                 :    56.146 DM
                                                              Freeboard From Deck Line : 23.000 DM
Summer Water Draught                :    55.000 DM
                                                              Freeboard From Deck Line : 23.000 DM
Winter Water Draught                   :    53.854 DM
                                                              Freeboard From Deck Line : 24.140 DM
Main Engine                                   :    DIESEL ENGINE NIGATA8 PA 5L 4 STROKE
Effective Power                              :    2300 HP ,1715 KW , AT 900 RPM
Speed                                             :    10 knots
Auxiliary Engine                             :    3 x YANMAR 6 HAL-DTN
Effective Power                              :    3 x 184 KW
Ballast Tank Capacity                   :    1,005 3 M
Diesel Oil Capacity                       :    143.3 M
Fresh Water Capacity                   :    62.4 M
Maximum Safe Maining                :    22 PERSON







B.    Daftar Awak Kapal ( Crew List )

No
NAMA
JABATAN
01
RIKI ROYANA
NAHKODA
02
M SYAMSUDIN
MUALIM I
03
IMAM GUSTIAWAN
MUALIM II
04
MOCH MANAN HARIRI
MUALIM III
05
SUPRIANTO
MARKONIS
06
ERDINOFA
KKM
07
AGUS SALIM
MASINIS II
08
NICOLAS SANJAYA
MASINIS III
09
MOH ZAENURI
MASINIS IV
10
ARIS SUDARYANTO
SERANG
11
SUTRISNO
JURU MUDI
12
NOLDY DONALD A
JURU MUDI
13
JINIOR OXFORD SUPIT
JURU MUDI
14
SUKOTJO
ELECTRICIAN
15
PITER TARUK
JURU MINYAK
16
SUYANTO
JURU MINYAK
17
EKO SETIONO
JURU MINYAK
18
AHMAD SYIBLI
KELASI
19
SHOLICIN
JURU MASAK
20
SARWANTO
PELAYAN
21
AGUS SUYATNO
CADET MESIN
22
SHOBARIDHO
CADET MESIN
C.    Struktur Organisasi
 























BAB III
PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK

A.     System Pemadam Kebakaran Air Laut MV. PAN MARINE 8
Pemadam kebakaran kapal adalah  sistem yang sangat penting dalam sebuah kapal, yang berguna untuk menanggulangi bahaya kebakaran yang disebabkan oleh api yang terjadi di kapal. Secara garis besar system kebakaran kapal dapat dibagi menjadi dua dilihat dari posisi sistem yang ada yaitu :
1. Sistem penanggulangan kebakaran kapal pasif, sistem penanggulangan kebakaran ini berupa aturan dari kelas tentang penggunaan bahan pada daerah beresiko tinggiterjadi kebakaran dan juga pemasangan instalasi fix pada daerah beresiko kebakaran. 
2.    Sistem penanggulangan kebakaran aktif, sistem penanggulangan kebakaran kapal ini berupa penanggulangan kecelakaan yang bersifat lebih aktif misal, penempatan alat pemadam api ringan pada daerah yang beresiko kebakaran. 
   Kembali ke dasar prinsip pemadaman adalah memutus “segitiga api” yang terdiri dari panas, oksigen, dan bahan bakar. Sehingga dengan mengetahui hal ini maka dapat dilakukan pemilihan media pemadaman sesuai dengan resiko dan kelas dari kecelakaan tersebut.

1.      Fungsi Sistem Pemadam Kebakaran

Fungsi dari sistem pemadam kebakaran adalah untuk penanganan jika terjadi kebakaran di kapal. Maka peralatan yang digunakan, berasal dari sistem pemadam kebakaran. Oleh karena itu, sistem pemadam kebakaran harus bisa menangani kebakaran di setiap bagian kapal.

2.       Rule dan Rekomendasi

Menurut Volume III BKI 1996 section 12 mengenai peralatan pelindung api dan pemadam, dinyatakan sebagi berikut :

a.     Pelindung Api

1)     Pengaturan di ruangan mesin haruslah menjamin keselamatan dari penanganan cairan yang mudah terbakar agar tidak terbakar. 
2)     Semua ruangan yang diletakkan motor bakar, burner, atau pengendap minyak atau tangki harian diletakkan harus terjangkau dan diberikan ventilasi secara layak 
3)     Bilamana terjadi kebocoran dari cairan yang mudah terbakar selama pekerjaan perawatan rutin, harus diperhatikan agar cairan tersebut terhindar dari kontak dari sumber api. 
4)     Bahan yang digunakan pada ruangan permesinan sebaiknya secara normal tidak meningkatkan kemungkinan untuk mudah terbakar. 
5)     Bahan yang digunakan sebagai lantai bulkhead lining, atap atau geladak ruang pengendali dengan tangki minyak haruslah tidakmudah terbakar. Dimana bila terjadi bahaya yang mana minyak dapat terserap ke bahan penyekat, penyekat tersebut harus dapat terlindungi dari serapan minyak atau uap minyak.

b.    Peralatan dengan resiko terbakar tinggi.

1)     Peralatan pengolahan minyak awal (oil fuel preparation equipment) seperti purifier, harus dipasang pada ruangan yang terpisah. Ruangan ini ditutupi oleh sekat baja, dan dilengkapi dengan pintu baja yang dapat tertutup sendiri, dilengkapi dengan, Ventilasi mekanis yangt terpisah, Sistim deteksi api dan alarm, Sistim pemadam api yang tetap. 
2)     Sistim ini dapat merupakan bagian dari sistim pelindung api ruangan kamar mesin. 
3)     Jika hal tersebut tidak praktis untuk menempatkan sistim pengolahan minyak bahan bakar di ruangan yang terpisah, perhatian harus dilakukan terhadap api dengan suatu penanganan api dari komponen dan dari kemungkinan kebocoran. Sebagai tambahan sistim perlindungan api secara tetap, di ruang kamar mesin, suatu unit pemadam lokal dapat diberikan pada daerah tersebut.

c.      Unit pemadam lokal harus layak untuk pemadaman api yang efektif pada suatu area. 

Langkah kerja yang dilakukan dapat secara otomatis atau manual sebaik mungkin tidak mempengaruhi operasi dari peralatan lain. Penggunaan secara otomatis dan tiba-tiba tidak boleh merusak komponen lain. Bila peralatan tersebut manual, dapat dipasang pada ruang pengendali permesinan atau disuatu tempat yang memberikan perlindungan yang cukup.

d.     Sistim minyak dengan tekanan kerja lebih dari 15 bar yang tidak termasuk dalam bagian permesinan bantu ataupun induk (seperti hidrolik, stering gear) harus dipasang diruangan yang terpisah.

e.     Perlindungan dari jalur dan peralatan yang melalui temperatur yang tinggi.

1)     Semua bagian yang memiliki temperatur diatas 220oC seperti uap, minyak panas dan jalur gas buang, dan silencers, dsb, harus dilindungi oleh bahan tidak yang tidak mudah terbakar dan tidak dapat menyerap minyak. 
2)     Pelindung harus dapat dipastikan tidak akan menjadi retak atau robek karena getaran.

f.       Daerah Bulkhead

Semua pipa dengan kelas A atau B menurut SOLAS 1974 harus tahan terhadap suhu yang mana telah dirancang sebelumnya. Pipa uap, gas dan minyak termal yang melalui bulkhead harus diberi isolasi tahan panas dan harus terlindungi dari pemanasan yang berlebihan.

g.     Ruang Darurat

    Untuk ruangan permesinan dan boiler, kanal sirkulasi udara ke ruangan tersebut harus dilengkapi dengan fire damper yang dibuat dari bahan tidak mudah terbakar yang mana dekat dengan geladak. Bukaan kamar mesin (sky light), pintu dan hatch serta bukaan lainnya diatur sehigga dekat dengan ruangan lainnya

h.      Peralatan Stop Darurat (Emergency Stop)

    Pompa bahan bakar dengan tenaga listrik, purifier , motor fan, fan boiler minyak termal dan pompa kargo harus dilengkapi dengan peralatan pemutus darurat, sepraktis mungkin, yang dikelompokkan secara bersama diluar ruangan yang mana peralatan tersebut dipasang dan harus dapat dijangkau meskipun dalam kondisi terputus akses karena api.

i.       Peralatan pemutus dengan remote control.

    Alat ini dipasang pada Pompa bahan bakar dengan penggerak uap, jalur pipa bahan bakar ke motor induk, motor bantu dan pipa keluaran dari tanki bahan bakar yang diletakkan di double bottom. Tempat dan pengelompokkan dari peralatan pemutus ini diatur seperti bagian sebelumnya.

j.       Ruang Pengaman (Safety Station)

k.      Disarankan bahwa peralatan pengaman berikut dikelompokkan menjadi satu, sewaktu waktu dapat dijangkau dari luar ruangan kamar mesin:

1)     Katup pemutus untuk ruang kamar mesin, penghembus boiler, pompa transfer bahan bakar purifier, dan pompa minyak termal

2)     Perhatian diberikan khusus pada:

-       Katup penutup singkat bahan bakar
-       Pintu kedap air yang dikendalikan pada ruang permesinan.

3)     Kondisi kerja dari peralatan pemadam api.

System Pemadam Kebakaran Menyuplai Air Laut

System pemadam kebakaran fire main system menyuplai air laut pada tekanan tinggi menuju kapal. Air laut, merupakan salah satu alat pemadam kebakaran pada kapal yang memiliki suplai yang sangat besar, air laut dapat diaplikasikan secara stream atau spray yang disesuaikan dengan kondisi kebakaran yang terjadi dan air laut merupakan alat pendingin dimana dapat menghalangi material yang mudah terbakar untuk melakukan reflashing, memperlambat penyebaran api di kapal, serta memproteksi personil pemadam kebakaran.

Komponen utama pada system pemadam kebakaran fire main system ialah sebuah pompa sentrifugal yang dioperasikan pada tekanan yang tinggi untuk menghasilkan penyebaran air yang efektif baik itu secara streaming, penetration, dan spray. Komponen utama lain ialah rancangan system perpipaan pada kapal.  Kesemua komponen yang terdapat pada system pemadam kebakaran didesain berdasarkan ukuran kapal, tipe kapal, serta fungsi dari kapal itu sendiri.
Aplikasi dari system perpipaan pada umumnya didesain secara tidak langsung untuk perlindungan terhadap kebakaran dan harus dipastikan bahwa system ini dapat beroperasi ketika keadaan darurat dengan susunan pompa dan katup yang sederhana. Pompa pemadam kebakaran juga dapat digunakan untuk melayani system lain seperti bilga, balast dan seawater cooling tetapi harus diperhatikan bahwa pompa pemadam kebakaran harus disediakan minimal satu buah pompa disediakan agar sewaktu waktu dapat digunakan. Pompa pemadam kebakaran tidak boleh disambungkan dengan segala macam oil pipping. Untuk penggabungan system perpipaan dari system bilga diijinkan tetapi hanya untuk emergency dewatering.
Minimal, dua buah pompa pemadam kebakaran harus disediakan. Perencanaan pelatakan pompa pemadam kebakaran diletakkan bersamaan dengan lokasi sumber air yaitu seachest ataupun sumber daya untuk menggerakkan pompa. Hal ini ditujukan untuk memastikan bahwa pompa dapat beroperasi.
Secara umum kebutuhan kapasitas setiap pompa pemadam kebakaran harus mencakup 2 kriteria yaitu berdasar minimum flow rate berdasar ukuran kapal dan kapasitas masing - masing pompa harus mencukupi kebutuhan dari hose stream ketika pompa mensuplai kebutuhan selain pemadam kebakaran. Untuk kapasitas kedua buah pompa, harus mencukupi  kebutuhan dari hose stream, ketika pompa pemadam kebakaran mensuplai sprinkle system.
Untuk head dari pompa harus cukup dengan tekanan minimal 50 rpm untuk kapal non - tanker dan 75 rmp untuk kapal tanker. Head pompa pemadam kebakaran juga harus mampu mensuplai menuju high fireplugs di tempat tertinggi dari superstructure. Untuk letak dari fireplugs harus diletakkan ditempat dimana dapat diakses dengan mudah  oleh crew ketika dalam kapal sedang beroperasi, dengan jarak minimal 50 ft.
Untuk membantu kinerja dari sistem pemadam kebakaran , fixed fire - extinguisher systems harus terpasang sesuai dengan jenis - jenis kebakaran. Antara lain Foam systems, Halon Systems, Carbon-dioxide systems, Sea water sprinkling systems.
Komponen Utama System Pemadam Kebakaran :
1.      Pompa Sentrifugal
Secara prinsip terdiri dari casing pompa dan impeller yang terpasang pada poros putar. Casing pompa berfungsi sebagai pelindung, batas tekan dan juga terdiri dari saluran - saluran yang untuk masukan ( suction ) dan keluaran ( discharge ). Casing ini memiliki vent dan drain yang berguna untuk melepas udara atau gas yang terjebak dalam casing selain untuk juga berguna perawatannya.
Gambar ilustrasi di bawah ini merupakan diagram sederhana dari pada pompa sentrifugal yang menunjukkan lokasi dari suction pompa, impeller, volute dan discharge. Casing pompa sentrifugal menuntun aliran suatu cairan dari saluran suction menuju mata ( eye ) impeller. Vanes dari pada impeller yang berputar meneruskan dan memberikan gaya putar sentrifugal kepada cairan ini sehingga cairan bergerak menuju keluar impeller dengan kecepatan tinggi. Cairan tersebut kemudian sampai dan mengumpul pada bagian terluar casing yaitu volute. Volute ini merupakan area atau saluran melengkung yang semakin lama semakin membesar ukurannya, dan seperti halnya diffusor, volute berperan besar dalam hal peningkatan tekanan cairan saat keluar dari pompa, merubah energi kecepatan menjadi tekanan. Setelah itu liquid keluar dari pompa melalui saluran discharge.
skema-pompa-sentrifugal
Gambar 3. 1. Pompa Sentrifugal
Pompa Sentrifugal juga bisa dibuat dengan dua volute. Pompa semacam ini biasa disebut double volute pumps, dimana discharge nya berbeda posisi 180. Untuk aplikasinya bisa meminimaliskan gaya radial yang mengenai poros dan bantalan sehubungan dengan ketidak seimbangan tekanan di sekitar impeller. Perbandingan antara single dan double volute sentrifugal bisa dilihat di bawah ini :

single-and-double-volute
Gambar 3. 2. Drive and arrangement of pumps

Pompa pemadam kebakaran harus mendapatkan tenaga independent dari main engine.  Dilengkapi dengan paling tidak dua buah sea inlet valves. Ballast, bilga dan pompa lainnya yang digunakan untuk menyalurkan air dari laut harus memungkinkan untuk menangani kapasitas yang harus tersedia untuk pemadam kebakaran. Pompa pemadam kebakaran sebisa mungkin terletak ditempat serendah mungkin dari water line. Pompa sentrifugal tersambung dengan instalasi pompa utama melalui screw down non return valves.
2.      System Perpipaan di Kapal
System pipa kebakaran dikapal ini dipusatkan disuatu ruangan kapal dan pipa - pipa ini menggunakan pipa galvanis yang berdiameter 50 sampai 100 mm.  Pipa induk kebakaran terbentang disepanjang lambung kapal dan diperlengkapi dengan hydrant tiap jarak tidak kurang dari 20 meter.  Saluran selang kanvas dihubungkan dengan hydrant dan diujung sleang kanvas dipasang nozzle penyemprot air.
Gambar 3. 3. Selang Hydrant
a.     Hydrant
Hydrant adalah berfungsi sebagai penyambung dengan selang pemadam kebakaran.

b.     Hydrant Valve
Setiap fire hydrant harus dipasang / memiliki katup sehingga setiap fire hose bisa dipindahkan saat pompa kebakaran beroprasi.
c.     Selang pemadam
Selang air pemadam kebakaran terbuat dari bahan kain yang ringan, elatis, dan kuat yang berfungsi sebagai pengalir air dari dari pompa ke nozzle.
d.     selambungan selang pemadam
Sambungan selang pemadam cabang terbutat dari kuningan dan berfungsi untuk menyambung.
e.     Nozzle
Nozzle terbuat dari kuningan atau aluminium dan berfungsi untuk menyemprotkan air dengan tekanan bentuk pancaran atau payung (spray)
 
Gambar 3. 4. nozzle dan selang pemadam


f.       Fire House
Panjang tiap – tiap Fire Hose minimal 10 m dan tidak lebih dari :
-            15 m untuk di ruang mesin.
-            20 m untuk ruang terbuka dan diatas deck terbuka.
-            25 m untuk deck terbuka pada kapal yang memiliki lebar lebih dari 30 m.
-            Tiap hose harus terpasang dengan nozzle.
Gambar 3. 5. Fire Hose / Kotak Hydran
g.     Cara Menggunakan Hydran
-            Jalankan pompa emergency fire.
-            Perhatikan tekananya dan atur dengan katup hisapnya.
-            Sambungkan selang dengan fire hidran.
-            Hubungkan fire hose dengan nozzelnya.
-            Buka sea water valve pada fire hidran.
-            Arahkan nozzle pada tempat yang terbakar dan atur pengoperasian nozzelnya.
Gambar 3. 6. Hydrant
h.     Instalasi Pipa Pemadam
Pipa pemadam adalah berfungsi sebagai penyalur air dan pompa ke hydrant pemadam kebakaran.
Gambar 3. 7.  instalasi pipa pemadam kebakaran
B.    Perawatan Bilge dan Fire Pump
-            Cek System Pipa.
-            Cek Impeller, jika di dalam impeller terdapat kotoran harus di bersihkan.
-            Cek Ball bearing, hindari ball bearing dari keausan.
-            Cek Fan Bell, jika jam kerja habis ganti baru.
-            Mekanik Sill.
-            Diberi Grease.

C.    Perbaikan Bilge dan Fire Pump
Kerusakan - kerusakan pompa pada umumnya. Usaha maksimal / proaktive dalam memelihara pompa harus tetap dilakukan, namun peristiwa kerusakan tentu akan terjadi, namun dengan langkah proactive kerusakan dapat diprediksi agar dapat direncanakan perbaikan kapan dan tidak terjadi kerusakan yang lebih fatal.
Typical sebab tersebut adalah :
-            Bocor seal / gland packing.
-            kapasitas menurun.
-            Poros bengkok atau macet.
-            Bearing rusak.
-            Vibrasi tinggi.
-            Casing bocor.

Step - step  dibawah ini perlu dilakukan sebelum membongkar / mengangkat pompa :
-            Buka data kondisi atau pengukuran terakhir dan histori - histori kebelakang.
-            Tanyakan / diskusikan dengan Operator, apa yang di ketahui, gejala / penyebab dan hal - hal yang berkaitan dengan kerusakan pompa tersebut.
-            Investigasi saat jalan atau minta dijalankan ( jika memungkinkan ).
Agar bisa mendiagnosa kerusakan tersebut dengan cara :  
-            Amati jika ada yang aneh : bocor, getar, panas, dan lain - lain.
-            Dengarkan : tidak normal, bunyi, dan lain - lain.
-             Feeling : rasakan panas sekali dan lain - lain.
-             Bau : ada bau aneh, minyak terbakar, bau dari cairan dalam pompa.
-             Ukur : temperature bearing, vibrasi dan lain - lain.
-             Ukur input power / listrik mesin penggerak.
-            Analisa vibrasi : misal gejala mislaignment, bearing rusak.
-             Ukur flow dan pressure.   
Catatan :
Jika telah menemukan dan menetukan penyakitnya, tentunya tidak harus melakukan semua step tersebut diatas. Field check selama removal. Jika dalam diagnose mengharuskan pompa harus di bongkar, urutan di field perlu dilakukan :
-            Cek alignment coupling dan apakah ada keausan,atau  kekurangan / kesalahan grease.
-            Visual cek lube oil dan lube oil level.
-            Bongkar pompa, cek body gasket, seats.
-            Visual cek impeller dan casing wear rings, juga cek impeller dengan casing wearing clearance, cek impeller, volutes dan balance hole apakah buntu.
-            Check flush lines dan quench lines apakah ada internal corrosion atau buntu.
-            Visual cek kondisi dari gauge.
-            Tentukan dapat diperbaiki di site atau harus di remove ke                work shop / bengkel. Jika yang diperkirakan adalah kerusakan bearing pada pompa atau motor cek radial clearence dan end float di pompa / motor Jalankan motor dan cek untuk abnormal noise dan vibration Jika motor tidak baik, angkat motor dan repair.
Mendiagnosa Pompa Dan Problem Seal
Selama pompa sedang dalam perbaikan sangat disarankan secara seksama menganalisa / menguji setiap komponen. Recommended procedure / check list perlu disiapkan yang sesuai dengan pompa dan spare part sebelum pembongkaran di mulai. Sehingga dalam pembongkaran pengecekan komponen dapat langsung dilakukan dan dapat menentukan tindakan lanjutan.


Inspeksi meliputi :
-            Visual check impeller dan nut :  wear / aus, erosion, corrosion atau      lain - lain deterioration.
-            Remove seal flange nuts dan cek seal tension.
-            Record posisi impeller terhadap frame pompa.
-            Remove impeller nut dan impeller.
-            Inspect wear ring inboard, jika ada.
-            Cek dan record throtle bushing clearance.
-            Cek body gasket faces.
-            Remove stuffing box body dari frame pompa.
-            Cek stuffing box gasket face, bore dan pilots.
-            Remove dan inspect semua shaft keys.
-            Remove sleev, seal, sleeve gasket dan sleeve flange. Dan dapatkan penyebab kerusakan seal dan inspect kondisi dari spaer part.
-            Cek bearing pompa. Record end float, cek keausan, erosion, corrosion, dan kelurusan.
-            Excessive axial end play. Excessive shaft movement dapat berakibat pitting, freeting atau keausan titik kontak pada shaft dan packing atau mechanical seal area. Ini dapat mengakibatkan over atau under loading pada spring yang menghasilkan rate keausan yang tinggi dan kebocoran. Juga berakibat strain dan keausan pada bearing. Bearing yang kurang baik juga dapat menyebabkan shaft end play yang besar / excessive. Untuk pengecekan hal tersebut. Dapat dicek dengan memasang dial indicator ( seperti gambar ) magnit base pada frame dan jarum kontak dengan ujung / shoulder shaft. Gerakan dan mulai dari ujung berlawanan. Total dan mulai yang baik untuk dapat dilanjutkan adalah antara. 001 in - 004 in.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj-VxVZfMNpUSEE7S9gWxWx33MuAKiyinZSqgJGWuzBRQcUP-H64Zbr6d4vBivK_ZdgiacfEFWWNWVeYi7PNvlhPa_jWlosgIgod-hj56aOaKhs8JlKaDpary-y-3YzqfbJowG-Wzqpvw4/s320/dti.jpeg 
Gambar 3. 8. Dial indicator

-            Shaft bengkok / bent : Bila sebuah pompa shaftnya bengkok atau misalignmen, umur bearing, umur mechanical seal dan merusak performance. Shaft bengkok juga menyebabkan vibrasi dan kerusakan coupling. Untuk menge check kondisi ini pasanglah dua dia indicator ( seperti gambar ). Putarlah dan catat penunjukan dial run outnya. Jika run out lebih besar dari 002 in. Maka shaft harus diluruskan.  Shaft harus dicek di beberapa titik / tempat.
Gambar 3. 9. Dua Dial Indiciator
-             Cek semua pilots fits untuk concentricity. Juga cek radial movement shaft. Excessive radial shaft movement akan mempercepat kerusakan seal dan shaft, whip, deflect dan vibrasi. Type movement ini disebabkan oleh pemasangan bearing yang tidak fit di bearing housing atau kemungkinan shaft longgar terhadap inner race dari bearing. Bila bearing bore longgar / over size bisa akibat dari corrosion, aus / wear atau tidak sempurna saat machining, Untuk mengecek kondisi ini kita dapat menggunakan dial indikator ( seperti gambar ). Dial ditempatkan dekat dengan shaft, shaft diangkat dan dial dapat menunjukan Berapa besar movement. Bila total movement melebihi 003 in, maka bearing dan bearing fits harus di cek dan perlu repair.
Gambar 3. 10.  Dial Indiciator

D.    Pengoperasian Bilge dan Fire Pump
Adapun langkah yang dilakukan pada tahap pengoperasian pompa sentrifugal adalah sebagai berikut. 
1.      Langkah persiapan.
Adapun langkah yang dilakukan dalam tahap ini adalah :
-            Pengecekan kelancaran putaran poros pompa dengan jalan memutar beberapa kali.
-            Pengecekan gren packing yang terdapat pada rumah pompa.
-            Pemberian minyak pelumas pada bagian pompa yang bergerak.
-            Pengecekan jumlah air yang terdapat pada rumah pompa, dengan jalan membuka penutup cerat air yang terdapat pada rumah pompa.
-            Pengecekan system perlistrikan pada motor pompa.
2.      Langkah pelaksanaan.
Adapun langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah :
-            Men - star motor penggerak pompa sambil mengamati, tekanan air pada alat ukur. 
-            Menyetel nepel penekan gren packing, untuk mengatur debit air pompa.
-            Mengamati secara fisik kondisi pompa dari adanya kebocoran.
-            Mengamati alat ukur tekanan air secara seksama yang terdapat pada pompa.
-            Mencatat dalam buku jurnal harian mesin tentang kondisi pengoperasian pompa.
3.      Langkah setelah pengoperasian.
Adapun langkah yang dilakukan setelah pengoperasian adalah :
-            Mematikan motor penggerak pompa.
-            Membersihkan bagian - bagian pompa yang kotor pada saat pengoperasian.
-            Menutup kran air yang berhubungan dengan pompa untuk mencegah terjadinya kebocoran.
-            Membersihkan dan mengembalikan kunci - kunci yang digunakan.
-            Pada tempatnya setelah melaksanakan pengoperasian.
-            Penggunaan air sebagai pemadam kebakaran diperuntukkan bagi semua akibat kebakaran kapal, kecuali kebakaran yang ditimbulkan dari batubara atau minyak.
E.     Emergency Fire Pump
Emergency fire pump / pompa pemadam darurat harus ada di setiap kapal untuk memadamkan kebakaran di saat keadaan emergency dan pompa pemadam kebakaran yang berada di kamar mesin sudah tidak dapat di fungsikan karena terjadi Black out. Emergency fire pump ini harus di tempatkan di luar kamar mesin dan harus ber - penggerak sendiri / independen.
 Gambar 3. 11. Emergency Fire Pump
System pemadam kebakaran pada kapal bekerja melalui instalasi perpipaan pemadam kebakaran, yang tersalur kesetiap ruangan pada kapal, dimana apabila terjadi kebakaran pompa pemadam kebakaran menyalurkan air dari sea chest atau sea water inlet, melewati pipa - pipa instalasi lalu air dikeluarkan ke tempat terjadinya kebakaran melewati sprinkler. Sprinkler head atau pemercik air dipasang dalam ruang muat, kamar mesin, dan kamar ketel uap, living room dan service compartment.
 Gambar 3. 12. Sprinkler head
System sprinkler ini memercikkan air melalui corong pemercik yang percikan airnya meliputi area radius 3 sampai 4 meter.  Corong pemercik air terdiri dari badan pemercik dan cincin berulir dimana antara kedua komponen tersebut terdapat klem diaphragma.  Aliran air dipercikan keluar melalui deflector yang tertujuh ke dalam area ruangan.

F.     Perawatan Diesel Engine Emergency  
-            Cek level bahan bakar, jika kurang di tambah bahan bakar.
-            Cek level Oil.
-            L O Filter bahan bakar.

G.    Perawatan Emergency Fire Pump
-            Cek Sistem Pipa.
-            Cek Impeller, jika di dalam impeller terdapat kotoran harus di bersihkan.
-            Cek Ball bearing, hindari ball bearing dari keausan.
-            Cek Fan Belt, jika jam kerja habis ganti baru.
-            Mekanik Seal.
-            Diberi Grease.

H.    Pengoperasian Diesel Engine Emergency
-            Cek Valve in dan out.
-            Cek system pipa.
-            Cek level bahan bakar.
-            Cek level L O.
-            Cek Radiator.
-            Cek valve.
-            Generator Emergency 350 KW

BAB IV
PENUTUP

Sebagai bab terakhir yang merupakan penutup dari karya tulis  ini akan mengemukakan beberapa kesimpulan dan saran-saran.
A.     Kesimpulan
Setelah penulis melaksanakan prala di kapal MV. PAN        MARINE 8, hasil pelaksanaan praktek laut (prala) tersebut menyimpulkan :
1.      Sistem dan Perawatan pompa yang ada di dalam kapal MV. PAN MARINE 8, sangat menunjang bagi kelancaran pelayaran maupun untuk menjaga kemungkinan terjadinya kebakaran muatan yang mendadak.
2.      Dalam sistem dan perawatan pompa pemadam kebakaran darurat sangat penting juga dalam kesiapan untuk setiap saat harus dijalankan.
3.      Pentingnya untuk menjaga pompa-pompa dan alat-alat pemadam kebakaran darurat yang ada di kapal MV. PAN MARINE 8.






B.    Saran
Setelah penulisan menyimpulkan penulisan menyarankan :
1.      Agar dalam perawatan dan pengoperasian pompa pemadam kebakaran darurat dijaga kesiapan setiap saat.
2.      Agar  sistem dan perawatan pompa berjalan dengan baik sesuaikan dengan yang diinginkan maka diperlukan perawatan yang berkala maupun pengetesan minimal 1 minggu sekali untuk mengetahui apabila ada kerusakan-kerusakan pada komponen-komponen.
3.      Dalam sistem pengoperasiannya pompa kita harus terlebih dahulu diadakan pengecekan yang lebih teliti, karena mengingat fungsi yang sangat penting maupun vital bagi kapal tersebut.










DAFTAR PUSTAKA

Daryanto, Drs, 1986, Teknik Perawatan Mesin Dan Keselamatan Kerja, Jakarta, PT. Global Ilmu
Munandar, Wiranto Aris dan Koichi Tsuda, 1994, Motor Diesel Putaran Tinggi, Jakarta, Penerbit Bhratara.
Manual Book MV. PAN MARINE 8.
“Pesawat Kapal”, Sujanto, Jakarta, 8 Juli 1983
www.emergency fire pump.com



No comments:

Post a Comment